Wisata di Kabupaten Rembang | | |
Selasa, 27 Oktober 2009
Sabtu, 24 Oktober 2009
Petani Sukses
Petani atau tani atau pak tani adalah orang yang bergerak dalam bidang usaha pertanian terutama dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menyuburkan, menumbuhkan serta memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk mendapatkan hasil tanaman kemudian bisa digunakan untuk kebutuhan diri sendiri atau menjualnya kepada orang lain yang membutuhkan. Para petani, pak tani juga bisa menyediakan bahan baku atau bahan mentah bagi industri, seperti serealia yang digunakan sebagai minuman beralkohol, buah untuk membuat jus, dan wol atau flax yang dipakai penenunan dan pembuatan pakaian.
Di negara yang sedang berkembang atau budaya pra industri, sebagian besar petani melakukan agrikultur subsistence yang lebih sederhana, pertanian organik sederhana dengan cara penanaman bergilir yang dilakukan sederhana pula atau cara lainnya untuk memaksimalkan dalam mendapatkan hasil, menggunakan benih dan bibit yang diselamatkan yang “masih asli” dari ecoregion.
Apa hubunganya dengan Petani Internet?
Saya mungkin sedang membajak istilah, dan tentu saya juga ada alasannya kenapa saya menggunakan istilah petani intenet, tani internet atau cari duit di internet, atau bikin duwit di internet.
Seperti dalam title blog ini “Bapak Saya Bertani Pakai Cangkul di Sawah, Saya Pakai Blog di Ladang Internet”, sebagai motivasi saya untuk melanjutkan usaha bapak saya.
Tapi sedang masalah, sebab bapak saya sudah tidak memiliki sawah lagi, karena sudah dijual semua untuk meyekolahkan anaknya dan sudah dibagi bagi semua ke anaknya, sehingga beliau tidak memiliki sejengkal tanahpun untuk bertani. Makanya sekarang beliau sudah pensiun jadi petani. Karena sudah sepuh dan tidak mampu bekerja lagi bapak saya yang bernama Suepardi, tidak kurang akal, sekarang sedang bertani untuk di panen di hari nanti di alam yang lebih nyata atau kampung hidup abadi setelah mati. Semoga Tuhan Berkenan menerima semau kebaikan yang sudah dilakukan di Dunia yang sebentar ini.
Lahan semakin meyempit, apakah saya harus menebang hutan untuk dijadikan pertanian?
Melihat asap kebakaran hutan yang menutup udara,
melihat banjir yang menerjang perkampungan,
melihat longksor yang meluluh lantakkan pedesaan.
Maka tidak ada salahnya mencari alternatif lain yang lebih baik tanpa membakar, menggunduli dan merusak hutan yang sudah semakin sempit itu. Maka ketika ada kabar bahwa internet bukan hanya digunakan untuk chating, browsing, kirim email, lihat photo bugil, video porno, dan hiburan lain yang tidak menghasilkan uang, ternyata internet bisa menghasilkan uang, menghasilkan duit, panen duit, panen uang, panen rupiah, lebih lebih PANEN DOLAR, maka saya mulai berfikir kenapa tidak bertani di Internet saja.
Maka timbulah gagasan saya untuk memberi istilah Petani Internet, saya yakin istilah ini sudah banyak yang menggunakan, tapi untuk mempopulerkan tidak ada salahnya saya juga menggunakannya juga. Dengan tujuan yang sudah saya sebutkan tadi yaitu Penyelamatan Hutan dari Pembakaran, Penebangan, Penggundulan dan Perusakan hutan lainnya, yang sudah nyata-nyata efeknya bisa merusak bumi surga dunia tercinta ini.
Apa bertani di internet mudah?
Pertanyaan berikutnya yang akan muncul, menurut saya meman tidak mudah, alias sulit, alisa ANGEL POL. Terus? saya juga bertanya apakah bertani di alam nyata di sawah juga mudah? Ternyata jawabannya sama ya sama sama susahnya.
Bertani sekarang tidak seperti jaman dulu, lahan di sawah sudah terbatas, sewa tanah mahal, harga bibit mahal, harga pupuk mahal, harga obat mahal, harga pengola / buruh juga mahal. Tapi yang lebih menyedihkan adalah kadang harga Panen tidak sebanding, kadang tidak untung, dan lebih mengenaskan lagi bahkan merugi. Menyedihkan memang jadi petani cobalah menengok di desa, cobalah melihat kehidupan petani di desa, perhatian pemerintah belum menyentuh kesana. Tapi juga banyak juga petani alam nyata yang sukses luar biasa. Jadi intinya saling memberi manfaat antara petani alam nyata dan petani alam maya.
Seberapa susah bertani di Internet, apa yang ditanam?
Nah saya juga bingung apa yang harus di tanam, kan tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada menteri pertaniannya.
Ternyata memang tidak ada secara real, fisik, tapi ada secara maya lokasinya tapi masih bisa dilihat hasilnya.
Areanya atau lahannya adalah bernama hosting,blog,
lokasi atau alamatnya adalah domain,
Bibitnya adalah ide, kreatifitas, content, theme, dan plugin, web style,
Airnya dan pupuknya adalah trafik, pengunjung, komentator, Social bookmarking, SEO,
Hasil Panennya adalah : Rupiah, Dolar, E-Gold,
Sertifikatnya adalah : Alexa, Google Pagerank,
Sekolahnya adalah : membaca, googling, jalan jalan ke blog/kampung tetangga.
Lokasi Pasarnya adalah : Iklan, Social Nerworking, Social bookmarking,
Meyimpan Banknya adalah : klikbaca.com,bankmandiri.co.id, paypal.com,
Untunya buat pemerintah adalah: Devisa, Pajak, Demo berkurang (sibuk urus blog/web sih),
Untungya buat petani Internet: Petani Sukses, Dapat Dolar tiap detik, Jam, Hari atau Bulan,
Punya tanah luas tanpa batas tidak perlu PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), tapi PBB (Penghasilanya Beh, Beh… kecilnya kadang 0 dolar kadang 0.01 tapi kadang Beh Byuh gedenya sampai dengan ratusan juta / bulan)
Resikonya : Di Suspend, di Banned, di Disabled, Kejadian yang Juga menyedihkan.
Tanaman, Air dan Pupuk yang Sebenarnya adalah:
Ketabahan,Kejujuran, Ketekunan, Keuletan, Ketahanan dengan visi dan misi yang kuat untuk Sukses.
Di negara yang sedang berkembang atau budaya pra industri, sebagian besar petani melakukan agrikultur subsistence yang lebih sederhana, pertanian organik sederhana dengan cara penanaman bergilir yang dilakukan sederhana pula atau cara lainnya untuk memaksimalkan dalam mendapatkan hasil, menggunakan benih dan bibit yang diselamatkan yang “masih asli” dari ecoregion.
Apa hubunganya dengan Petani Internet?
Saya mungkin sedang membajak istilah, dan tentu saya juga ada alasannya kenapa saya menggunakan istilah petani intenet, tani internet atau cari duit di internet, atau bikin duwit di internet.
Seperti dalam title blog ini “Bapak Saya Bertani Pakai Cangkul di Sawah, Saya Pakai Blog di Ladang Internet”, sebagai motivasi saya untuk melanjutkan usaha bapak saya.
Tapi sedang masalah, sebab bapak saya sudah tidak memiliki sawah lagi, karena sudah dijual semua untuk meyekolahkan anaknya dan sudah dibagi bagi semua ke anaknya, sehingga beliau tidak memiliki sejengkal tanahpun untuk bertani. Makanya sekarang beliau sudah pensiun jadi petani. Karena sudah sepuh dan tidak mampu bekerja lagi bapak saya yang bernama Suepardi, tidak kurang akal, sekarang sedang bertani untuk di panen di hari nanti di alam yang lebih nyata atau kampung hidup abadi setelah mati. Semoga Tuhan Berkenan menerima semau kebaikan yang sudah dilakukan di Dunia yang sebentar ini.
Lahan semakin meyempit, apakah saya harus menebang hutan untuk dijadikan pertanian?
Melihat asap kebakaran hutan yang menutup udara,
melihat banjir yang menerjang perkampungan,
melihat longksor yang meluluh lantakkan pedesaan.
Maka tidak ada salahnya mencari alternatif lain yang lebih baik tanpa membakar, menggunduli dan merusak hutan yang sudah semakin sempit itu. Maka ketika ada kabar bahwa internet bukan hanya digunakan untuk chating, browsing, kirim email, lihat photo bugil, video porno, dan hiburan lain yang tidak menghasilkan uang, ternyata internet bisa menghasilkan uang, menghasilkan duit, panen duit, panen uang, panen rupiah, lebih lebih PANEN DOLAR, maka saya mulai berfikir kenapa tidak bertani di Internet saja.
Maka timbulah gagasan saya untuk memberi istilah Petani Internet, saya yakin istilah ini sudah banyak yang menggunakan, tapi untuk mempopulerkan tidak ada salahnya saya juga menggunakannya juga. Dengan tujuan yang sudah saya sebutkan tadi yaitu Penyelamatan Hutan dari Pembakaran, Penebangan, Penggundulan dan Perusakan hutan lainnya, yang sudah nyata-nyata efeknya bisa merusak bumi surga dunia tercinta ini.
Apa bertani di internet mudah?
Pertanyaan berikutnya yang akan muncul, menurut saya meman tidak mudah, alias sulit, alisa ANGEL POL. Terus? saya juga bertanya apakah bertani di alam nyata di sawah juga mudah? Ternyata jawabannya sama ya sama sama susahnya.
Bertani sekarang tidak seperti jaman dulu, lahan di sawah sudah terbatas, sewa tanah mahal, harga bibit mahal, harga pupuk mahal, harga obat mahal, harga pengola / buruh juga mahal. Tapi yang lebih menyedihkan adalah kadang harga Panen tidak sebanding, kadang tidak untung, dan lebih mengenaskan lagi bahkan merugi. Menyedihkan memang jadi petani cobalah menengok di desa, cobalah melihat kehidupan petani di desa, perhatian pemerintah belum menyentuh kesana. Tapi juga banyak juga petani alam nyata yang sukses luar biasa. Jadi intinya saling memberi manfaat antara petani alam nyata dan petani alam maya.
Seberapa susah bertani di Internet, apa yang ditanam?
Nah saya juga bingung apa yang harus di tanam, kan tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada menteri pertaniannya.
Ternyata memang tidak ada secara real, fisik, tapi ada secara maya lokasinya tapi masih bisa dilihat hasilnya.
Areanya atau lahannya adalah bernama hosting,blog,
lokasi atau alamatnya adalah domain,
Bibitnya adalah ide, kreatifitas, content, theme, dan plugin, web style,
Airnya dan pupuknya adalah trafik, pengunjung, komentator, Social bookmarking, SEO,
Hasil Panennya adalah : Rupiah, Dolar, E-Gold,
Sertifikatnya adalah : Alexa, Google Pagerank,
Sekolahnya adalah : membaca, googling, jalan jalan ke blog/kampung tetangga.
Lokasi Pasarnya adalah : Iklan, Social Nerworking, Social bookmarking,
Meyimpan Banknya adalah : klikbaca.com,bankmandiri.co.id, paypal.com,
Untunya buat pemerintah adalah: Devisa, Pajak, Demo berkurang (sibuk urus blog/web sih),
Untungya buat petani Internet: Petani Sukses, Dapat Dolar tiap detik, Jam, Hari atau Bulan,
Punya tanah luas tanpa batas tidak perlu PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), tapi PBB (Penghasilanya Beh, Beh… kecilnya kadang 0 dolar kadang 0.01 tapi kadang Beh Byuh gedenya sampai dengan ratusan juta / bulan)
Resikonya : Di Suspend, di Banned, di Disabled, Kejadian yang Juga menyedihkan.
Tanaman, Air dan Pupuk yang Sebenarnya adalah:
Ketabahan,Kejujuran, Ketekunan, Keuletan, Ketahanan dengan visi dan misi yang kuat untuk Sukses.
Jumat, 23 Oktober 2009
Air Terjun Sendang Gila Lombok
ANTARA/ERIC IRENG (STR) |
Perhatian kini beralih ke wajah pegunungan. Setelah perjalanan sekitar 3 jam perjalanan dari Mataram, kendaraan berhenti di Senaru, desa kecil di kaki Gunung Rinjani, gunung ketiga tertinggi di Indonesia. Gunung Rinjani juga merupakan potensi wisata Lombok yang luar biasa.
Meski letaknya terpencil, tergolong bersih dan asri beserta udaranya yang sejuk, Senaru juga dilengkapi dengan beberpa guest house dan kantor-kantor yang menjual jasa pemandu pendakian dengan tulisan berbahasa Indonesia ataupun Inggris.
Di kawasan ini terdapat obyek wisata yang cukup menarik, Air Terjun Sendang Gila. Anda hanya dikenakan biaya tiket masuk Rp. 1000,- dan kemudian dipersilahkan menuruni lembah lewat sebuah jalan tangga, selama 15 menit. Anda akan takjub ketika berada di lembah, terlihat garis putih di tebing, Air Terjun Sendang Gila yang ingin Anda nantikan sebelumnya. Sekitar 30 meter saja jarak kucuran airnya dan sangat banyak pengunjung di sana bermandian untuk merasakan lebih dalam kecintaanya dengan alam.
Tanpa terasa, hari semakin mengarah petang. Seiring dengan langkah kaki meniti anak tangga, deburan air terjun masih terdengar sayup-sayup di telinga Anda terbuai dengan alunan nyanyian alam raya yang merdu, menenangkan jiwa dan adanya kosmologi yang naturalisme. Cukup menarik bukan? jika Anda tertarik, silahkan memasukkan tempat wisata Sendang Gila dalam agenda liburan Anda. Apalagi letaknya bersebelahan dengan Bali. (tamasya/rmb)
TEKNOLOGI KEAMANAN PANGAN TERBARU PADA TELUR
Peneliti dari Agricultural Research Service (ARS) telah mempatenkan teknologi pasteurisasi pada telur dari ancaman keamanan pangan berupa bakteri dan pathogen. Teknologi ini dikembangkan oleh Sudarsan Mukhopadhyay, Peggy Tomasula dan John Luchansky, peneliti dari ARS Eastern Reegional Research Center (ERRC) in Wyndmoor, Pa. Namun begitu USFDA tetap berhati-hati terhadap penggunaan telur mentah, tanpa pasteurisasi atau produk yang mengandung telur mentah didalamnya.
Teknologi pasterurisasi biasanya hanya mematikan patogen yang peka terhadap kalor, namun mikroorganisme yang memiliki resistensi terhadap kalor akan tetap dapat bertahan. Konsumen dapat menghindari penyakit dengan cara lebih berhati-hati dalam mempersiapkan dan memasak telur sebelum dikonsumsi, namun para peneliti menyatakan bahwa teknologi terbaru ini dapat menutup kelemahan pasteurisasi thermal.
Teknologi ini disebut “crossflow microfiltration membrane separation” (CMF), yang mampu mematikan lebih banyak patogen dibandingkan pasterurisasi thermal. Dan tidak menghilangkan sifat telur untuk membusa, mengental, serta sebagai pengemulsi. Artinya telur yang telah melalui metode CMF dapat digunakan untuk mengganti telur hasil pasteurisasi pada kue dan produk lain yang membutuhkan bahan dasar telur.
Pada penelitian awal, CMF mampu mematikan 99.9999 % bakteri salmonella serta spora Bacillus anthracis pada putih telur tanpa pasteurisasi . Penemuan ini merupakan kelanjutan dari penelitian oleh ERRC dengan menggunakan CMF untuk mematikan 99.9999 % spora B. antracis yang disuntikkan pada susu cair. CMF juga mampu melindungi susu dari bakteri serta pathogen dan memperpanjang waktu konsumsi.
Teknologi pasterurisasi biasanya hanya mematikan patogen yang peka terhadap kalor, namun mikroorganisme yang memiliki resistensi terhadap kalor akan tetap dapat bertahan. Konsumen dapat menghindari penyakit dengan cara lebih berhati-hati dalam mempersiapkan dan memasak telur sebelum dikonsumsi, namun para peneliti menyatakan bahwa teknologi terbaru ini dapat menutup kelemahan pasteurisasi thermal.
Teknologi ini disebut “crossflow microfiltration membrane separation” (CMF), yang mampu mematikan lebih banyak patogen dibandingkan pasterurisasi thermal. Dan tidak menghilangkan sifat telur untuk membusa, mengental, serta sebagai pengemulsi. Artinya telur yang telah melalui metode CMF dapat digunakan untuk mengganti telur hasil pasteurisasi pada kue dan produk lain yang membutuhkan bahan dasar telur.
Pada penelitian awal, CMF mampu mematikan 99.9999 % bakteri salmonella serta spora Bacillus anthracis pada putih telur tanpa pasteurisasi . Penemuan ini merupakan kelanjutan dari penelitian oleh ERRC dengan menggunakan CMF untuk mematikan 99.9999 % spora B. antracis yang disuntikkan pada susu cair. CMF juga mampu melindungi susu dari bakteri serta pathogen dan memperpanjang waktu konsumsi.
Langganan:
Postingan (Atom)