Sabtu, 29 September 2012

PENELITIAN ANGGREK DITEMPEL DI BATANG POHON DENGAN SERABUT KELAPA

by: FYANWIWIET

Pertama saya hanya percobaan saja, karena setau saya anggrek termasuk epiit. oleh karena itu saya berfikir bagaimana kalau anggrek saya tempelkan tanpa menggunakan moss atau pakis, tapi hanya di tempelkan saja di batang pohon. alat dan bahannya sangat gampang:
1. anakan anggrek
2. tali rafia
3. batang pohon apa saja asal besar (heheh)
4. air bersih
5. air leri (air beras)
6. niat dan ingin tahu (karena sering di cek)

dan inilah gambarnya--->



dan akarnya dimasukan di antara rongga batang agar bisa mencari makanan bantuan tanaman induknya
ini dia caranya--->


stelah itu muncul tunas baru.. hal itu brarti tanaman anggrek ini bisa hidup dan tumbuh. selalu di semprot pupuk daun dan zpt sintettik..

pesan saya: hal yang baru dimulai dari coba-coba.. jangan takut untuk gagal.. dan selalu di coba..

Rabu, 19 September 2012

KARYA ILMIAH



PENGARUH DOSIS PUPUK KALIUM DAN PEMANGKASAN CABANG TERHADAP HASIL MELON VARIETAS ACTION 434
(Cucumis melo L.)
Sofyan Wiwiet Santiko
Ir. Ari Wijayani, MP dan Ir. Hj. Siwi Hardiastuti, EK,SH.MP
Desa Sukorejo, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Provinsi JawaTengah
ABSTRACT
Melon plants (Cucumis melo L.) is a lot of crops cultivated in Indonesia. Melon fruit favored by the public because of its fruit is sweet and contains a lot of water so refreshing when eaten. Problems in the cultivation of melons melons whose size is smaller and less sweet taste. Determining the purpose of this study the interaction between treatment and pruning branches of potassium fertilizer on growth, yield and quality of melon, The method used in this study is the method of field experiments using the Random Group Design Complete (RAKL). The analysis showed there were interactions between treatment trimming branches and potassium fertilizer on the parameters of the weight of fruit per plant, fruit length, fruit diameter and fruit water content. In the treatment of branch pruning to-20 segment of the real effect on the parameters of trunk diameter 14 hst, 28 hst plant dry weight, leaf area 14 hst, the weight of fruit per plant, fruit length, fruit diameter, fruit water content, thickness of fruit, fruit softness, levels total sugar, Treatment of pruning rod to-20 segment was not significantly different at the age of 28 HST stem diameter, leaf area 28 hst and dry weight 14 hst . Dose of potassium fertilizer 40 g / plant gave the best results on the parameters of a trunk diameter of the age of 14 and 28 dap, plant dry weight of the age of 14 and 28 hst, the leaf area ages 14 and 28 hst, the weight of fruit per plant, fruit length, fruit diameter, levels of juice, fruit thickness, softness of fruit, total sugar content.

Keywords: Melon, Trimming, Fertilizer KCL
Keterangan : 1). Alumni Mahasiswa Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian
                      2.) Staf Pengajar Fakultas pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta                       

ABSTRAK MELON


                                                           ABSTRAK
Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang banyak dibudi dayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena buahnya yang manis dan mengandung banyak air sehingga menyegarkan apabila dimakan. Permasalahan dalam budidaya tanaman melon adalah buah melon yang ukurannya kecil dan rasanya kurang manis. Tujuan penelitian ini Menentukan interaksi antara perlakuan pemangkasan cabang dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas melon, Penelitian dilakukan di Desa Sukorejo, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat ± 100 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah regosol. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus sampai November 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Metode percobaan lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Metode penelitian Faktor pertama adalah perlakuan pemangkasan cabang utama yang terdiri atas empat aras, yaitu: P0 = Tanpa pemangkasan, P1 = Pemangkasan ruas ke-15, P2 = Pemangkasan ruas ke-20, P3 = Pemangkasan ruas ke-25. Faktor yang kedua adalah dosis pupuk kalium terdiri atas empat aras yaitu: K0 = Tanpa pupuk KCL ,K1 = Pupuk KCL 30 g/tanaman (714,28 kg/ha), K2 = Pupuk KCL 40 g/tanaman (952,4 kg/ha), K3 = Pupuk KCL 50 g/tanaman (1190,48 kg/ha). Setiap petak percobaan terdiri atas 16 tanaman diulang 3 kali, sehingga jumlah tanaman yang digunakan untuk percobaan sebanyak (16 x 3 x 16) = 768 tanaman melon. Parameter pengamatan meliputi: diameter batang (cm), luas daun (cm), bobot kering tanaman (cm), bobot buah per tanaman (kg), diameter buah (cm), panjang buah (cm), ketebalan buah (cm), kelunakan buah (cm), kadar air buah (%), kadar gula total (ºbrix). Data hasil pengamatan dianilisis menggunakan sidik ragam, untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan diuji lebih lanjut dengan menggunakan Uji jarak berganda Duncan (UJBD) pada jenjang 5%. Hasil analisis menunjukkan terdapat interaksi antara perlakuan pemangkasan cabang dan pemberian pupuk kalium pada parameter bobot buah per tanaman, panjang buah, diameter buah dan kadar air buah. Pada perlakuan pemangkasan cabang ruas ke-20 berpengaruh nyata pada parameter diameter batang 14 hst, bobot kering tanaman 28 hst, luas daun 14 hst, bobot buah per tanaman, panjang buah, diameter buah, kadar air buah, ketebalan buah, kelunakan buah, kadar gula total. Dosis pupuk kalium 40 g/tanaman memberikan hasil paling baik pada parameter diameter batang umur 14 dan 28 hst, bobot kering tanaman umur 14 dan 28 hst, luas daun umur 14 dan 28 hst, bobot buah per tanaman, panjang buah, diameter buah, kadar air buah, ketebalan buah, kelunakan buah, kadar gula total.
 
Kata kunci : Melon, Pemangkasan, Pupuk KCL

FYANWIWIET

Jumat, 27 April 2012

PENGARUH PENGGENANGAN PADA TANAMAN


Seperti yang kita ketahui, tanah yang berdrainase bebas tidak dapat menahan air dalam pori-pori yang lebih besar dari 10 – 60 μm, bahkan pada kapasitas lapang, cenderung mengandung pori-pori yang banyak berisi udara (secara normal pada kisaran 10 – 30% dari volume tanah) yang menjadi lebih ekstensif lagi sementara air ditarik dari pori kapiler oleh akar-akar tanaman. Akibatnya, kandungan oksigen dari udara tanah selalu dipertahankan pada tingkat 15 - 20% oleh difusi gas, sehingga memberikan cukup suplai oksigen untuk pertumbuhan akar dan metabolisme (Russel, 1973).
Namun demikian di banyak tanah basah (paya, lumpur, rawa) di dunia, drainase tanah dihambat oleh permeabilitas yang rendah sebagai rintangan yang berasal dari hamparan subsoil atau batuan; atau oleh permukaan air yang tinggi, yang mengakibatkan penggenangan secara musiman ataupun permanen apabila ruang pori tanah seluruhnya terisi air. Dalam keadaan demikian oksigen yang terdapat dalam kantung udara cepat dipergunakan sampai habis oleh tanah dan respirasi akar, dan suplai oksigen selanjutnya dari atmosfer bebas secara aktif dipotong oleh laju difusi oksigen yang sangat rendah melalui air (10-4 kali lajunya di udara). Jadi tanah yang tergenang air secara cepat akan menjadi anaerob dan laju respirasi aerobik akan turun ke tingkat yang sangat rendah.
Dari beberapa ciri fisik dan kimia tanah tergenang yang dapat membatasi pertumbuhan tanaman, kekurangan oksigen adalah masalah primer meskipun bukan yang paling penting. Hal ini disebabkan karena beberapa spesies tanah basah rupanya mampu menghindarkan anoksia (kekurangan oksigen) pada sel-sel akarnya dengan mentransport oksigen dari pucuk ke akar (sebagai contoh pada tanaman paya di Inggris - Armstrong, 1964). Pada spesies ini, difusi oksigen masuk ke akar dimungkinkan oleh adanya ruang udara yang berhuungan dalam cortex (aerenchyma) yang merupakan bentuk anatomis yang permanen dari akar (sebagai contoh pada padi - John 1977) atau dirangsang pada akar-akar baru dengan penggenangan (sebagai contoh pada jagung); pergerakan oksigen ini masuk ke dalam stomata, lentisel batang dan aerenchyma akar cukup besar untuk menyebabkan oksidasi tanah rizosfer sekitar akar (Philipson dan Coutts, 1978; Hook dan Scholtens, 1978) seperti secara jelas diperlihatkan oleh deposit ferri hidroksida merah yang umum ditemukan pada akar-akar spesies di tanah basah (Amstrong, 1967). Tambah lagi, perkembangan aerenchyma dapat memperbaiki aerasi akar dengan mengurangi volume jaringan respirasi (kebutuhan oksigen untuk akar).
Keadaan morfologis lain yang mendukung suplai oksigen untuk akar-akar, meliputi anyaman akar-akar superficial (seperti pada padi-Alberda, 1954), yang pada pohon-pohon biasanya berkaitan dengan akar-akar “sinker”yang lebih vertikal dan akar-akar aerial (akar-akar gantung) mangrove dimana lentiselnya yang diatas permukaan air memberikan keleluasaan terhadap oksigen secara langsung dengan jalan masuk ke aerenchyma bagian yang terendam. Umumnya pohon-pohon yang tumbuh pada tanah-tanah tergenang berakar dangkal dan merupakan sasaran yang mudah untuk digoyangkan angin.
Spesies yang mempunyai perakaran dalam tidak tergantung atas pergerakan oksigen masuk ke akar saja agar terhindar dari pengaruh anoksia; hal yang sama, transport oksigen tidak akan efektif bagi tanaman yang tumbuh dalam tanah yang aerasinya baik (dan oleh karena itu, kekurangan aerenchyma akar yang berkembang baik) yang mengalami penggenangan musiman atau penggenangan yang tidak menentu (sebagai contoh di tepi danau dan di tepi sungai). Secara keseluruhan, kisaran adaptasi metabolis yang luas terhadap fermentasi yang ditemukan pada spesies daerah basah membuktikan ketidakmampuan akarnya dalam mempertahankan respirasi aerobik bila tumbuh pada tanah tergenang.

Rabu, 01 Februari 2012

PRAKTIKUM HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN

ACARA I
PENGARUH PENGGENANGAN PADA TANAMAN KEDELAI

A.  Tujuan Praktikum:
Untuk mengetahui pengaruh penggenangan pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai.
B.  Dasar Teori:
Seperti yang kita ketahui, tanah yang berdrainase bebas tidak dapat menahan air dalam pori-pori yang lebih besar dari 10 – 60 μm, bahkan pada kapasitas lapang, cenderung mengandung pori-pori yang banyak berisi udara (secara normal pada kisaran 10 – 30% dari volume tanah) yang menjadi lebih ekstensif lagi sementara air ditarik dari pori kapiler oleh akar-akar tanaman. Akibatnya, kandungan oksigen dari udara tanah selalu dipertahankan pada tingkat 15 - 20% oleh difusi gas, sehingga memberikan cukup suplai oksigen untuk pertumbuhan akar dan metabolisme (Russel, 1973).
Namun demikian di banyak tanah basah (paya, lumpur, rawa) di dunia, drainase tanah dihambat oleh permeabilitas yang rendah sebagai rintangan yang berasal dari hamparan subsoil atau batuan; atau oleh permukaan air yang tinggi, yang mengakibatkan penggenangan secara musiman ataupun permanen apabila ruang pori tanah seluruhnya terisi air. Dalam keadaan demikian oksigen yang terdapat dalam kantung udara cepat dipergunakan sampai habis oleh tanah dan respirasi akar, dan suplai oksigen selanjutnya dari atmosfer bebas secara aktif dipotong oleh laju difusi oksigen yang sangat rendah melalui air (10-4 kali lajunya di udara). Jadi tanah yang tergenang air secara cepat akan menjadi anaerob dan laju respirasi aerobik akan turun ke tingkat yang sangat rendah.
Dari beberapa ciri fisik dan kimia tanah tergenang yang dapat membatasi pertumbuhan tanaman, kekurangan oksigen adalah masalah primer meskipun bukan yang paling penting. Hal ini disebabkan karena beberapa spesies tanah basah rupanya mampu menghindarkan anoksia (kekurangan oksigen) pada sel-sel akarnya dengan mentransport oksigen dari pucuk ke akar (sebagai contoh pada tanaman paya di Inggris - Armstrong, 1964). Pada spesies ini, difusi oksigen masuk ke akar dimungkinkan oleh adanya ruang udara yang berhuungan dalam cortex (aerenchyma) yang merupakan bentuk anatomis yang permanen dari akar (sebagai contoh pada padi - John 1977) atau dirangsang pada akar-akar baru dengan penggenangan (sebagai contoh pada jagung); pergerakan oksigen ini masuk ke dalam stomata, lentisel batang dan aerenchyma akar cukup besar untuk menyebabkan oksidasi tanah rizosfer sekitar akar (Philipson dan Coutts, 1978; Hook dan Scholtens, 1978) seperti secara jelas diperlihatkan oleh deposit ferri hidroksida merah yang umum ditemukan pada akar-akar spesies di tanah basah (Amstrong, 1967). Tambah lagi, perkembangan aerenchyma dapat memperbaiki aerasi akar dengan mengurangi volume jaringan respirasi (kebutuhan oksigen untuk akar).
Keadaan morfologis lain yang mendukung suplai oksigen untuk akar-akar, meliputi anyaman akar-akar superficial (seperti pada padi-Alberda, 1954), yang pada pohon-pohon biasanya berkaitan dengan akar-akar “sinker”yang lebih vertikal dan akar-akar aerial (akar-akar gantung) mangrove dimana lentiselnya yang diatas permukaan air memberikan keleluasaan terhadap oksigen secara langsung dengan jalan masuk ke aerenchyma bagian yang terendam. Umumnya pohon-pohon yang tumbuh pada tanah-tanah tergenang berakar dangkal dan merupakan sasaran yang mudah untuk digoyangkan angin.
Spesies yang mempunyai perakaran dalam tidak tergantung atas pergerakan oksigen masuk ke akar saja agar terhindar dari pengaruh anoksia; hal yang sama, transport oksigen tidak akan efektif bagi tanaman yang tumbuh dalam tanah yang aerasinya baik (dan oleh karena itu, kekurangan aerenchyma akar yang berkembang baik) yang mengalami penggenangan musiman atau penggenangan yang tidak menentu (sebagai contoh di tepi danau dan di tepi sungai). Secara keseluruhan, kisaran adaptasi metabolis yang luas terhadap fermentasi yang ditemukan pada spesies daerah basah membuktikan ketidakmampuan akarnya dalam mempertahankan respirasi aerobik bila tumbuh pada tanah tergenang.
C.  Alat dan Bahan:
1.    Ember kecil
2.    Penggaris
3.    Gelas ukur
4.    Benih kedalai
5.    Tanah
6.    Pupuk kandang
D.  Cara Kerja:
1.    Masukkan media tanam tanah : pupuk kandang 1:1 dalam ember kecil sampai 5 cm dari tepi ember.
2.    Tanamlah masing-masing 2 butir benih kedelai lalu siramlah pot sampai kapasitas lapang.
3.    Pada saat tanaman berumur 2 minggu pot dijenuhi sampai 1 minggu.
4.    Sesudah 1 minggu penggenangan dihentikan dan tanah dijaga dalam keadaan kapasitas lapang sampai akhir praktikum.
5.    Amati tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman.
E.   Pelaksanaan Praktikum:
Praktikum dilaksanakan di dalam Green House. Untuk acara ini, praktikum dimulai pada tanggal 18 November 2009, Namun karena ada masalah teknis, maka praktikum diulang pada tanggal 25 November 2009. Perlakuan penggenangan pada tanaman kedelai dilaksanakan pada tangga 9 Desember 2009 selama 1 minggu, kemudian dilakukan pengamatan. Waktu pelaksanaan praktikum dimulai pada pukul 07.30 hingga selesai.
F.   Hasil Pengamatan:
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada tanggal 16 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
Parameter Pengamatan
Tanaman 1
Tanaman 2
Rata-rata
Tinggi tanaman
16,5 cm
9,5 cm
13 cm
Jumlah daun
9
7
8
Berat kering tanaman
0,2 g
0,4 g
0,3 g

Data yang dikumpulkan dalam praktikum acara ini adalah:
No.
Nama
2 minggu
4 minggu
TT
∑ daun
BK
TT
∑ daun
BK
1.
Candra Maranata J
18,5
6,5
2.
Kukuh Kusuma W
21
5
5,8
3.
Krisna Jati
28
6
4.
Ricky Ardian
22
5
5.
Markus Maryolis F
30
6
6.
Erwin Septiana
31
8
7.
Aisyah Fatwa Sari
42,5
6,5
8.
Aris Mundiano
16
4
9.
Dedhy Dwi P
10.
Sofyan Wiwiet S
15
4
11.
Anton
12.
Osca Martadinata
28
5
13.
Ardian Elonard P
27
7
14.
Nanda Putra P
25
7
15.
Denny Andrias
16.
Solihin
20
5
0,8
17.
Henry Setiawan
26
4
18.
Eka Armi SW
15
5
19.
Bima Pradana SW
25,5
14,5
20.
Mukhsin Attaasi
41
11
21.
Dwi Kartika Sari
9
5
22.
Agung Prasetya
11,5
18
0,4
23.
Wongso Yudo
18
14,5
0,8
24.
Zanri Widiatmaja
8
15
0,45
25.
Makmur Siregar
16,5
3,5
0,5
26.
Syaiful Ulum
15,5
6
0,1
27.
Galih Budiman
5,5
3,5
0,4
28.
Rully Aryani
24
8
29.
Mahalia Dwita B
35
7,5
0,1
30.
Wisnu Dwi Prakoso
27
5
0,3
31.
Fajar Kusuma H
9,8
5,5
32.
Yoga Priambodo
31
8
0,2
33.
Yani Hertanti
9
14
0,7
34.
Agus Hery Muryanto
13
8
0,3
35.
Purnanto Prabowo
10,5
7
-

G.  Pembahasan:
Berdasarkan data hasil pengamatan, penggenangan pada tanaman kedelai pada saat tanaman berumur 2 minggu, untuk tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh cadangan makanan yang berasal dari kotiledon, sehingga pertumbuhan akan menjadi lambat karena pada fase perkecambahan akar tanaman tidak dapat menyerap oksigen, unsur hara dan air lebih banyak dikarenakan akar tanaman masih dalam pertumbuhan (akar masih pendek). Pada fase 2 minggu, oksigen didalam tanah sudah cukup tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan penggenangan pada saat tanaman kedelai berumur 4 minggu, tinggi tanaman akan bertambah karena suplai makanan yang ada di dalam tanah akan diserap oleh akar sampai kedalaman tertentu hingga pertumbuhan tanaman akan lebih tinggi.
Hasil pengamatan untuk jumlah daun pada saat penggenangan tanaman berumur 2 minggu, maka pada fase awal pertumbuhan tanaman, penambahan jumlah daun akan terhambat, hal ini berbeda untuk penggenangan pada saat 4 minggu, karena pada awal pertumbuhan tidak terhambat, sehingga pertambahan jumlah daunnya bisa maksimal, karena suplai oksigen masih bisa tercukupi.
Berat kering untuk tanaman kedelai yang berumur 2 minggu lebih kecil dibandingkan berat kering umur 4 minggu, dikarenakan pada umur 2 minggu masih dalam proses pertumbuhan dan pertambahan jumlah daun, sehingga luas permukaan daun masih sempit. Sedangkan pada umur 4 minggu berat kering tanamannya lebih besar, dikarenakan terjadi penambahan jumlah daun dan luas permukan daun yang lebih lebar. 
H.  Kesimpulan:
1.    Tinggi tanaman dan jumlah daun umur 2 minggu lebih pendek dibandingkan dengan umur tanaman 4 minggu.
2.    Berat kering tanaman yang diperoleh untuk tanaman yang berumur 2 minggu lebih ringan bila dibandingkan dengan umur tanaman 4 minggu.


Dari hasil pengamatan di Green house, adanya penggenangan terhadap tanaman kedelai, maka akan menghambat pertumbuhan pada tanaman kedelai tersebut, hal ini terjadi karena akar tanaman kedelai yang terendam, mengakibatkan pernafasan akar menjadi terganggu. Akibatnya akar ini kekurangan oksigen. Adanya penggenangan pada media tanam menyebabkan, udara yang terdapat pada tanah tersebut digantikan oleh air, sehingga selain menghilangkan udara bagi pernafasan akar, mikrobia-mikrobia yang ada di dalam tanah aktivitasnya juga akan mengalami gangguan.
Ciri-ciri fisik yang tampak dari hasil pengamatan ini adalah timbulnya kelayuan pada tanaman kedelai setelah digenangi, meskipun banyak air, namun respirasi akar tanaman menjadi terhambat, jika hal ini dibiarkan terus-menerus, tanaman bisa mengalami kelayuan permanen dan akhirnya akan mati. Tanaman kedelai yang mengalami anoksia (akibat cekaman aerasi) ini pertumbuhannya menjadi terhenti.