Rabu, 20 Juli 2011

Gejala dan Tanda Penyakit Tumbuhan



SOFYAN WIWIET SANTIKO
132060015/PA
JURUSAN AGRONOMI
UPN VETERAN YOGYAKARTA

Gejala dan Tanda Penyakit Tumbuhan

hiperplastik
Latar Belakang.
Ilmu Penyakit tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah panen.
Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
• Faktor - faktor Penyebab Penyakit

a. Penyebab Penyakit Faktor Lingkungan
1. Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.

- Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang.
- Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah titik beku menyebabkan berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan.

2. Pengaruh Kelembaban

- Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati.

- Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akibat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.
Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari.

3. Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali.

4. Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.

5. Polutan Udara
Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :
- Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti hangus.
- Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil, menyebabkan tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal dan senesen secara prematur.
- Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan keputihan pada jaringan antar tulang daun.

b. Penyebab Penyakit oleh Faktor yang Dapat Menular

6. Sifat Genetik Pohon

Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan individu, galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain.

Ketahanan ini dapat terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal, pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik didalam jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon.

7. Keganasan Patogen
Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu jenis pohon.

8. Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan yang abiotik (mati).. Pengaruh faktor lingkungan biotik adalah pada patogen yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis.

Kelompok faktor lingkungan yang lain adalah unsur-unsur abiotik (tidak hidup) seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah






Gejala-Gejala Hiperplastik
a. Sapu Setan
gejala sapu setan (witches’ broom) terjadi karena berkembangnya banyak tunas ketiak yang biasanya laten (tidur). Dengan demikian terjadilah berkas ranting yang rapat. Umumnya gejala disertai dengan kurang berkembangnya ruas dan daun-daun. Gejala ini dapat disebabkan oleh serangan jamur, virus atau mikoplasma.
Pada bambu sering terdapat gejala sapu setan pada ranting-ranting yang disebabkan oleh jamur Elsinoe bambusae. Di Amerika Tengah dan Selatan terdapat penyakit sapu setan yang sangat merugikan pada kakao, disebabkan oleh jamur Crinipellis porniciosa (Marasmius perniciosus). Pada kacang tanah, kacang panjang dan orok-orok sering terdapat gejala sapu setan yang disebabkan oleh virus atau jasad mirip mikoplasma.
b. Proplepsis
jika suatu cabang mengalami gangguan pada ujungnya maka sering beberapa tunas tidur dekat di bawah bagian yang sakit itu berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat (tunas air). Gejala ini sering terjadi pada batang atau cabang karet yang terserang jamur upas (Upasia salmonicolor, Corticium salmonicolor). Batang tomat yang sakit layu bakteri (Pseudomonas sonalacearum) cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga.
c. Nyali
nyali atau yang sering disebut “kelenjar” (gall, cecidium) adalah pembengkakan setempat, berupa bintil-bintil atau bisul-bisul, dapat terdiri atas jaringan tumbuhan bersama-sama dengan penyebab penyakit, tetapi dapat juga hanya melulu terdiri atas jaringan tumbuhan. Nyali yang terjadi karena serangan hewan disebut zoosesidium. Misalnya bintil-bintil pada daun kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) yang disebabkan oleh tungau (Eriophyes boisi) dan bintil-bintil pada akar tembakau, tomat dan sebagainya yang disebabkan oleh nematoda puru akar (Meloydogine spp). Zoosesidium lebih banyak terdapat di tanah rendah.
Nyali yang disebabkan oleh penyebab-penyebab nabati disebut fitosesidium. Misalnya bintil-bintil pada buah petai yang dsieb oleh jamur karat Aecidium parkiae, bintil-bintil pada daundan ranting akasia (Acacia auriculiformis) karena jamur karat Aecidium fragiforme, dan bintil pada ranting Shorea sp yang mungkin disebabkan oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens. Fitosesidium lebih banyak terdapat di pegunungan.
d. Intumesensia
sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu tampak membengkak. Karena itu gejala ini disebut juga gejala “busung” (oedema).
e. Erinosis
ini adalah pembentukan trikoma yang luar biasa, sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu. Dulu ini diduga disebabkan oleh jamur yang disebut Erineum. Tetapi kemudian ternyata bahwa gejala ini disebabkan oleh tungau. Erinosis sering terdapat pada daun Crotalaria retusa.
f. Menggulung atau Mengeriting
gejala gulung daun (leaf roll) atau gejala mengeriting (curling) disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Banyak penyakit virus menimbulkan gejala sedemikian. Kadang-kadang daun berombak dan bentuknya seperti kerupuk, sehingga gejala ini sering disebut gejala “kerupuk” (crinckle), seperti yang terlihat pada daun tembakau, kacang tanah, dan orok-orok yang terinfeksi virus kerupuk. Biasanya gejala ini disertai dengan membengkak dan berbelok-beloknya tulang-tulang daun. Bahkan pada tembakau kadang-kadang disertai dengan enasi yaitu terbentuknya anak daun (seperti daun telinga) pada sisi bawah tulang daun.
g. Fasiasi
suatu alat yang seharusnya silindris dan lurus menjadi pipih, lebar dan membelok. Fasiasi (fasciation) kadang-kadang terjadi pada batang karet dan mangga yang masih muda, dan tangkai tandan bungan hujan emas (Acacia fistula), yang penyebab-penyebabnya masih belum diketahui tetapi rupa-rupanya tidak bersifat menular.
h. Pembentukan alat yang luas biasa
pada kacang-kacangan (Leguminosae) yang terserang virus kadang-kadang bunga berubahmenjadi daun-daun kecil. Peristiwa ini disebut antolisis (Antholysis). Seperti yang diuraikan dimuka, pada sisi bawah daun tembakau yang sakit kerupuk seringkali tulang daun membentuk anak daun yang kecil, berwarna hijau yang disebut enasi.
i. Kudis
kudis adalah bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadang-kadang pecah-pecah terdapat pada buah, batang, daun atau umbi. Disini terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Misalnya penyakit kudis (Streptomyces scabies) pada umbi kentang dan penyakit kudis (Sphaceloma fawcetti) pada daun, batang hijau, dan buah jeruk.
j. Rontoknya alat-alat
peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya (prematur) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasa. Rontoknya buah, bunga atau daun disebabkan karena terjadinya lapisan pemisah (Abcission layer) yang terdiri atas sel-sel yang membulat seperti tepung dan lepas-lepas.
k. Perubahan Warna
yang dimaksud dengan perubahan warna disini adalah perubahan warna yang bukan klorosis. Daun yang sakit dapat membentuk antosianin sehingga warnanya menjadi keungu-unguan, seperti yang terjadi pada tanaman jagung yang menderita kekurangan fosfor.

Tidak ada komentar: