Rabu, 06 Juli 2011

PENELITIAN BAYAM MERAH

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
KAJIAN  JENIS PUPUK ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BAYAM MERAH
(Alternanthera Amoena Voss)

Oleh :

SOFYAN WIWIET SANTIKO
132060015/PA


 






JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
YOGYAKARTA
2011









BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Urbanisasi penduduk pedesaan ke daerah perkotaan tidak dapat dihindari karena pesatnya pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan. Meningkatnya jumlah penduduk di daerah perkotaan membawa dampak terhadap peningkatan kebutuhan pangan, khususnya sayuran.
            Berbagai upaya sudah dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi sayuran, namun demikian masih belum dapat mengimbangi permintaan pasar. Keadaan ini dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Selain itu di kota-kota besar tumbuh permintaan pasar yang menghendaki komoditas sayuran dengan kualitas yang baik dan dengan berbagai jenis yang lebih beragam.
            Berbagai jenis komoditas sayuran diusahakan oleh petani di daerah pinggiran perkotaan dalam luas garapan yang sempit, seperti sawi (caisim), bayam, kangkung, terong, cabe, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang panjang dan sebagainya (Soethama et al., 1998). Umumnya dalam satu penguasaan lahan, diusahakan beraneka ragam komoditas sayuran dalam petakan yang berbeda, misalnya disamping diusahakan komoditas sayuran sawi hijau (caisim), ditanam juga bayam, kangkung, cabe, kacang panjang dan komoditas sayuran lainnya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Bayam
            Menurut sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman bayam merah diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Hamamelidae
Ordo                : Caryophyllales
Famili              : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus              : Alternanthera
Spesies            : Alternanthera amoena Voss
Secara ilmiah  menunjukkan bayam merah berperan membantu penyerapan kalsium. Hal ini disebabkan karena bayam merah menghasilkan kadar antioksidanya yang tinggi. Dalam perkembangannya dari Amerika Latin, bayam dipromosikan sebagai tanaman pangan sumber protein terutama bagi negara-negara berkembang.
Bayam Merah sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa bayam mempunyai rasa enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin di perut dan mengandung zat besi terlalu tinggi.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lokasi Lahan Praktek UPN”Veteran” Yogyakarta, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada awal musim Kemarau yaitu dari bulan Februari sampai dengan Maret 2010. Lokasi terletak pada ketinggian kurang lebih 114 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah regosol.
B. Bahan dan Alat Penelitian
            Bahan yang digunakan adalah biji bayam merah (A. tricolor), insektisida, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan  pupuk kandang kambing.
            Alat yang digunakan adalah plastik, bambu, cetok, alat ukur atau penggaris. pisau steril, gembor, oven, label, gelas ukur, timbangan,
C. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode percobaan lapangan terdiri atas 1 faktor perlakuan. Rancangan lingkungan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Perlakuan terdiri atas :
P0           : Tanpa pupuk                             0 g/tanaman                  
P1           : Pupuk kandang sapi              100 g/tanaman
P2           : Pupuk kandang kambing      100 g/tanaman   
P3           : pupuk kandang ayam            100 g/tanaman

D. Pelaksanaan penelitian

  1. Persiapan Lahan
            Lahan seluas 24 m² (lampiran I) yang akan ditanami diolah dengan cara dicangkul hingga kedalaman 20 cm. Lahan dibersihkan dari gulma yang ada di sekitar lahan yang akan ditanami benih bayam. Kemudian di bentuk petak – petak percobaan dengan luasan 2m x 1m (lampiran II).
  1. Pemupukan
Pemberian pupuk organik antara lain: pupuk kandang ayam, sapi dan kambing dilakukan dengan cara disebar satu hari sebelum tanam, sebanyak 100 g/tanaman atau 2kg/petak,  kemudian diaduk rata dengan tanah.
  1. Persiapan Benih
Benih bayam dipilih yang memiliki kualitas cukup baik yaitu daya tumbuh  besar (lebih dari 90 %), tidak tercampur benih varietas lain, bebas hama dan penyakit, sehat dan mengkilap.
4. Penanaman
Tanaman bayam merah ditanam pada petak percobaan/guludan yang berukuran 2 m x 1 m, dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm dengan jumlah biji dua biji/lubang. Penanaman dilakukan pada sore hari.

  1. Pemeliharaan tanaman, meliputi :
a.    Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Kemudian setelah pertumbuhan normal penyiraman dilakukan dua hari sekali.
b.    Penyiangan
Penyiangan  perlu dilakukan sesering mungkin, agar tanaman bayam tidak terganggu gulma. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan/mencabuti tumbuhan (gulma) yang tumbuh disekitar.
c.    Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara  bertahap, yakni dengan menggunakan furadan sebagai pencegah terhadap hama uret. serta menggunakan Insektisida Decis 25 EC, disemprotkan 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapangan.

 

 





E. Parameter pengamatan

  1. Tinggi tanaman ( cm )
  2. Jumlah daun (helai).
3.      Diameter Batang (cm)
4        Bobot segar tanaman ( g )
5        Bobot kering tanaman (g )












BAB IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL

A. Tinggi tanaman
Hasil analisis tinggi tanaman disajikan  pada lampiran IV. Dari berbagai macam perlakuan yang diberikan tidak ada beda nyata pada tinggi tanaman umur 2, 4, MST, tetapi pada umur 6 MST berbeda nyata. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umur 6 MST pupuk kandang ayam nyata lebih baik dibandingan dengn pupuk kandang sapi. Tetapi pupuk kandang  kambing dan ayam sama baiknya dalam meningkatkan tinggi tanaman.
B. Jumlah daun
   Hasil analisis dari jumlah daun disajikan dalam lampiran V. Dari berbagai macam perlakuan yang diberikan tidak ada beda nyata pada jumlah umur 2, 4, MST, tetapi pada umur 6 MST, ada pengaruh nyata dari perlakuan berbagai macam pupuk kandang terhadap jumlah daun. Tabel 4 menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam, kambing dan sapi sama baiknya dalam meningkatkan jumlah daun,pada umur 4 dan 6 MST. Pupuk kandang ayam nyata lebih baik dalam meningkatkan jumlah daun dibandingkan dengan tanpa pupuk (kontrol)
C. Diameter batang
          Hasil analisis dari diameter batang disajikan dalam lampiran VI. Dalam lampiran ini menunjukkan bahwa pada umur 2 MST tidak ada pengaruh nyata. Tetapi pada saat umur 4 dan 6 MST ada pengaruh nyata dari perlakuan berbagai macam pupuk kandang terhadap diameter batang. Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang ayam pada umur 4 MST lebih baik dibandingkan pupuk kandang sapi dan tanpa pupuk (kontrol), tetapi sama baiknya dibandingkan dengan pupuk kandang kambing. Pada umur 6 MST, pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan pupuk sapi dan tanpa pupuk (kontrol) pada diameter batang tanaman bayam merah.
D. Bobot segar tanaman
            Hasil analisis dari bobot segar tanaman disajikan dalam lampiran VII. Di dalam lampiran tersebut hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari berbagai macam pupuk kandang terhadap bobot segar tanaman yang diukur pada saat panen. Rerata bobotsegar tanaman pada berbagai macam penggunaan pupuk kandang tersaji dalam Tabel 6. menggunakan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan tanpa pupuk (kontrol) pada bobot segar tanaman bayam merah.
E. Bobot kering tanaman
            Hasil analisis dari bobot kering tanaman disajikan dalam lampiran VIII. Di dalam lampiran tersebut dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan ada pengaruh yang nyata dari penggunaan berbagai macam pupuk kandang terhadap berat kering tanaman yang diambil atau diukur pada saat panen. Rerata bobot kering tanaman pada berbagai macam penggunaan pupuk kandang tersaji dalam Tabel 7. menggunakan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan tanpa pupuk (kontrol) pada bobot kering tanaman bayam merah
. DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2003. Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Badung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung.
Dewi, H.  2005.  Pengaruh pupuk kandang dan inokulasi rhizobium terhadap pertumbuhan kembali lamtoro gung (Leucaena leucochepala) setelah pemotongan pertama.  J. Pastura 2(1) : 1-5.
Gomez, A.K. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI Press. Jakarta. 698 hlm.
Hukum, R. dan S. kuntarsih, 1990. Bercocok Tanam Sayuran. CV Sona. Jakarta
Irfan. 1985.  Bertanam Kacang dan sayur.  Penebar Swadaya. Seri pertanian XXVI/81/85.
Iwan, A. 2002. Memanfaatkan kotoran ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 82 hal.
Lakitan,B.1995. Hortikultura teori budidaya, pascapanen. PT Rajagrafindo Persada.Jakarta. 215
Lingga. P. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 94 hal.
Marsono dan P. Sigit. 2002. Pupuk akar Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 28 hal.
Pracaya. Bertanam Sayuran Organik di kebun, pot & polybag. Penebar Swadaya.
               Jakarta. 112 hal
Rahardi, F. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Santosa. 1999. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Penggenangan Terhadap Kandungan Bahan Organik Tanah Regosol. Agrivet 3(1)
Sarief, S.E. 1989. Kesuburan Dan Pemupukan Tanah, Pustaka Buana, Bandung
Soepardi, S. 1983. Sifat dan Ciri Tanah, Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas   Pertanian IPB. Bogor. 519 hal.
Sarjiman,1999. Teknologi budi daya garut pada lahan pekarangan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga di lahan marginal. hlm.125−132. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi Pertanian Lahan Marginal,Palu 24−25 Juli 2007
Soethama, W., Rosdiah, Sukaadana, Redise dan Sugiarta. 1998. Profil usahatani sayuran perkotaan. Hlm. : 35-52. Dalam Suprapto et al. (Eds). Profil Usahatani Perkotaan dan Upaya Meningkatkan Efisiensi Budidaya. IPPTP. Pusat penelitian Sosial Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Deptan
Supriatna, N. 2007. Bercocok Tanam Sayuran. Azka Press.Yogyakarta.36 hal.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta








Tidak ada komentar: