Senin, 18 Juli 2011

KANDUNGAN PUPUK ORGANIK










JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
YOGYAKARTA
2011



Kandungan pupuk organiK

Seringkali apabila kita memelihara anggrek jenis terestrial, litofit, saprofit atau semi terestrial untuk menambahkan pupuk organik kedalam media tanamnya sebagai sumber unsur hara makro dan miro dan juga dapat untuk memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah disekitar perakaran anggrek. Selain itu jika kita kreatif, maka sumber bahan organik dapat kita peroleh dengan mudah dari lingkungan sekitar kita, bahkan dari diri kita sendiri (ups!!). Berikut saya sajikan nilai kandungan rata-rata pupuk organik dari berbagai sumber bahan organik.

Jenis Pupuk         Nitrogen (%)                  Fosfor (%)                   Kalium (%)
Kerbau                 0,6-0,7                            2,0-2,5                         0,4
Sapi                     0,5-1,6                            2,4-2,9                         0,5
Kuda                   1,5-1,7                            3,6-3,9                         4,0
Domba                0,6-3,7                            0,2-0,8                         0,1-1,0
Ayam                  1,0-2,1                            8,9-10,0                       0,4
Guano                 0,5-0,6                            23,5-31,6                     0,2
Tinja Manusia      3,0-3,2                            3,2-3,4                         0,7
Kompos               0,5-0,7                            1,7-3,1                         0,3-0,5
Azzola                 3,0-4,0                            1,0-1,5                         2,0-3,0
Daun lamtoro       2,0-4,3                            0,2-0,4                         1,3-4,0
Darah ternak kering 10,0-12                           1,0-1,5                         -
Jerami padi            0,8                                  0,2                               -

Penggunaan pupuk organik juga memiliki kelemahan, diantaranya ialah, diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman (karena kandungan hara relatif rendah), bersifat ruah, baik dalam pengangkutan dan penggunaannya di lapangan, kemungkinan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum cukup matang (tanaman justru akan menguning dan merana). Oleh karena itu meskipun sangat dianjurkan, namun dalam pemakaiannya juga harus cermat dan tepat.

Oh iya, berikut saya berikan pula beberapa informasi mengenai karakterisasi kompos yang telah selesai mengalami proses dekomposisi secara sempurna (matang) ditinjau dari kondisi fisik.
  1. Berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman           
  2. Tidak dijumpai adanya lalat atau bau busuk yang masih menyengat
  3. Suhu pupuk sudah tidak tinggi/panas/hangat (pendinginan merupakan indikator selesainya proses pengomposan, meskipun bahan kompos telah dibalik dan disiram tetap tidak timbul panas)
  4. Struktur nya remah, pupuk menjadi media yang lepas-lepas dan tidak kompak, sehingga sulit dikenali lagi bahan dasarnya.
Jika masih ragu, berikut tips uji tingkat kematangan pupuk menggunakan perkecambahan benih.
Untuk menguji kematangan pupuk organik, botol bekas selai atau botol minuman mineral yang dipotong setengah diisi pupuk yang sudah disaring, benih tanaman tertentu (yang pernah saya coba yaitu biji bayam liar) ditanam dan pertahankan kondisi pupuk tetap lembab. Botol berisi pupuk dan benih diletakkan di tempat yang terang dan terbuka. Karena benih sangat sensitif terhadap faktor tumbuh, maka tingkat kematangan pupuk dapat diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan benih.
v  Pupuk matang          : benih akan berkecambah setelah 2-3 hari dan setelah 5-7 hari berwarna hijau dengan akar cukup panjang berwarna putih.
v  Pupuk segar              : hanya beberapa benih yang tumbuh dan memerlukan waktu yang lebih lama, daun berwarna hijau pucat, akar pendek, pertumbuhan tanaman kerdil, dan daun kadang-kadang berwarna kuning kecoklatan.

Selamat berpupuk dan beranggrek ria!!

Tidak ada komentar: